Minggu, 03 Juli 2011

Angka kematian melonjak saat atau selama sepekan setelah hari gajian

Los Angeles (ANTARA/Xinhua-OANA) - Angka kematian melonjak saat atau selama sepekan setelah hari gajian, kata seorang peneliti Amerika Serikat.
Menerima tambahan uang di rekening bank seringkali menjadi penyebab bagi prilaku yang bisa merenggut jiwa, kata ahli ekonomi dari University of Notre Dame itu --William Evans.
"Setelah menerima gaji, orang jadi lebih aktif --mereka pergi makan makan, menuju toko, lebih sering mengemudi, pergi ke bar, dan lain-lain," kata Evans sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Ahad.
Ia mengambil kesimpulan itu setelah meneliti jutaan catatan kematian dari empat kelompok demografik utama --personel militer, orang yang menerima cek potongan pajak, orang yang berusia lanjut dan hidup dari jaminan sosial, dan penerima dividen Permanent Fund di Alaska.
Kendati ada beragam demografik dan seringnya pembayaran, angka kematian melonjak pada masing-masing kelompok tak lama setelah hari gajian, kata Evans.
Peningkatan terbesar terjadi pada kematian yang diakibatkan oleh penyalahgunaan obat, penyebab dari luar --bermacam jenis kecelakaan-- dan serangan jantung, kata Evans di dalam studi yang disiarkan di edisi terakhir Journal of Public Economics.
Orang jadi lebih aktif secara fisik segera setelah mereka menerima uang tambahan di kantung mereka, yang bisa mengarah kepada serangan jantung, katanya.
"Sebagian prilaku ini secara melekat berisiko, seperti minum terlalu banyak atau mengemudi dalam keadaan mabuk. Sebagian kegiatan tersebut secara alamiah akan meningkatkan risiko --jika orang lebih sering mengemudi, resiko mengalami kecelakaan mobil telah meningkat," katanya.
"Sebagian kaitan itu tak terlalu nyata," tambahnya. "Misalnya, kegiatan yang bertambah bisa mendorong serangan jantung. Dan sebagian lagi beresiko jika dilakukan, seperti penyalahgunaan obat."

"Orang benar-benar tampak menghemat energi mereka ketika mereka mendapat bayaran," Evans.
Namun, tak menerima cek pembayaran juga bukan penyelesaian yang sesungguhnya.
"Itu bukan berarti orang tak perlu menerima cek pembayaran atau yang seperti itu," kata Evans. Tapi orang mungkin ingin berfikir dua kali mengenai mengemudi pada Jumat malam, setelah mendapat bayaran."

VENUS

INILAH.COM, Jakarta – Meski planet kedua di tata surya ini memiliki nama serupa dewi cinta Roma namun planet ini tak penuh cinta. Untuk permulaan, permukaan planet ini mencapai 900 derajat Fahrenheit.
Karenanya, planet kedua ini dinobatkan sebagai planet terpanas di tata surya. Lebih buruk lagi, selimut tebal karbon dioksida menekan 92 kali tekanan atmosfer Bumi di lanskap kering. Awan kusam yang menghalangi pandangan pada permukaan planet itu merupakan asam sulfur.
Seperti dibayangkan, mempelajari Venus terbukti menjadi pekerjaan sulit. Sedikit demi sedikit, ilmuwan mempelajari lebih banyak mengenai tetangga Bumi ini. Berikut beberapa misteris terbesar mengenai obyek paling terang di langit setelah matahari dan bulan.
Iklim serupa Bumi
Venus kadang disebut sebagai ‘kembaran jahat’ Bumi. Dalam ukuran, komposisi dan lokasi orbit, neraka Venus sebenarnya planet termirip Bumi. Di awal sejarah Venus, para ilmuwan menduga dunia itu sangat mirip Bumi, dengan lautan dan iklim lebih dingin.
Namun, lebih dari beberapa miliar tahun, efek rumah kaca yang ada sangat berpengaruh. Venus sekitar sepertiga lebih dekat matahari dibanding Bumi. Karenanya, Venus mendapat sinar matahari dua kali lebih banyak. Panas ekstra ini menyebabkan penguapan hebat di awal permukaan air.
Pada akhirnya, uap air terperangkap panas yang lebih panas. Pemanasan lebih lanjut planet ini memicu penguapan yang lebih besar hingga akhirnya lautan pun mengering dan menghilang. “Mekanisme ini masuk akal dari Venus awal yang seperti Bumi menjadi Venus saat ini,” kata kurator Astrobiologi David Grinspoon di Denver Museum of Nature & Science.
Ilmuwan interdisipliner pada misi Venus Express, pesawat ruang angkasa yang mengorbit Venus sejak 2006, ini mencari tahu kapan persisnya dan bagaimana Venus menjadi ‘tungku’ untuk membantu pemodelan perubahan iklim Bumi dan menghindarkan Bumi dari nasib serupa Venus.
Atmosfer berotasi super
Venus memutari porosnya jauh lebih lambat dari Bumi. Alhasil, setahun di Venus serupa 243 hari di Bumi. Berdasar hal ini, diketahui angin di puncak awan Venus bisa mencapai 360 km/jam atau 60 kali kecepatan memutar planet.
Secara proporsional, jika angin serupa muncul di Bumi, angin awan khatulistiwa mencapai kecepatan menakjubkan, 9.650 km/ jam. Pendorong cepatnya rotasi Venus adalah energi sinar matahari, papar Grinspoon. Namun, cara kerja penuh fenomena ini tetap menjadi misteri.
Berputar terbalik
Saat dilihat dari kutub utara matahari, semua planet di tata surya mengorbit matahari dengan arah berlawanan dan semuanya hampir berputar searah sumbunya. Namun tidak untuk Venus. Planet kedua ini memiliki rotasi retrograde seperti Uranus.
Artinya, matahari terbit dari barat dan terbenam di timur di planet itu. Perputaran searah jarum jam ini mungkin hasil tabrakan kosmik awal dalam sejarah Venus.
Petir misterius
Petir dari awan Venus hingga kini masih menjadi pertanyaan terbuka. Meski pesawat ruang angkasa Venus Express telah ‘mendengar’ elektromagnetik statis yang secara karakteristik menghasilkan petir di Bumi, kamera belum pernah ‘menangkap’ petir ini, kata Grinspoon.
Cara terbentuknya petir ini juga masih misterius. Di Bumi, peran kunci dimainkan kristal es awan. Di Venus, pasokan bahan ini sangat sedikit dijumpai di atmosfernya yang sangat kering.
Kehidupan Alien di Venus?
Grinspoon mengakui adanya argumen masuk akal mengenai kehidupan Venus, bukan di permukaan planet yang super panas itu namun di awannya. Sekitar 50 km di atas awan seharusnya ada tempat yang bisa dihuni yang memiliki tekanan dan suhu seperti Bumi.
Untuk mendapat energi, makhluk mengambang menyerupai bakteri bisa menggunakan sinar matahari atau bahan kimia di awan. Tentunya, makhluk ini akan mentolerir asam sulfat. Di sisi lain, extremophiles di Bumi menunjukkan, kehidupan bisa berkembang di lingkungan paling keras sekalipun. “Sangat perlu menjelajah awan karena beragam alasan. Salah satunya kemungkinan keberadaan kehidupan eksotis ini,” tutup Grinspoon