Rabu, 26 Januari 2011

SEJARAH SNIPER

Sniper dari masa ke masa

Tempat sembunyi dibawah pelat besi tersebut secara diam-diam ; dan ini dapat dilakukan tanpa terlihat pihak Rusia pada malam hari.

Untuk memastikan dugaan ini, ia memasang sebuah sarung tangan pada sepotong papan dan perlahan-lahan menaikkannya, Dar! Si Jerman terpancing untuk menembak sarang tangan itu. Dari lubang peluru pada sarung tangan ini, diketahui pasti bahwa sniper Jerman itu bersembunyi dibawah pelat besi. Yang kini jadi pertanyaan, bagaimana caranya memancing kepala si Jerman ini keluar dan tidak ada gunanya memancingnya secara langsung.
Kini Vasily yakin akan sifat ini orang ini, si Jerman tak akan meninggalkan posisinya yang sangat menguntungkan ini. Waktu malam tiba, Vasily dan Nikolay dengan hati-hati berpindah tempat dan waktu matahari terbit, Nikolay sengaja membuang tembakan sembarangan untuk menarik perhatian si Jerman. Kemudian mereka menunggu sampai siang hari dimana sinar matahari menyinari posisi si Jerman. Waktu mereka melihat kilauan kecil dibawah pelat besi tersebut, Vasily bertanya : telescope kah itu ? ; tanpa menjawab perlahan-lahan Nikolay menaikkan helmnya dengan sebatang kayu Dar ! helm itu bolong tertembak, dengan gaya seorang aktor profesional Nikolay langsung muncul sekejab sambil berteriak.

Si Jerman mengira ia berhasil menembak Vasily yang telah diburunya selama 4 hari dan mengangkat sedikit kepalanya dari bawah pelat tersebut Dar ! ia langsung roboh oleh tembakan Vasily.

Sebenarnya masih ada 9 orang lagi top sniper Rusia yang berada diatas rekor Vasily Zaitsev (lihat daftar halaman...) Seperti halnya Vasily Zaitsev mereka semua juga mendapat tanda jasa ”Order of Lenin” yang merupakan tanda jasa tertinggi Uni Soviet saat itu.

Para senapan sniper Rusia menggunakan 2 jenis sebagai berikut :
1. Mosin Nagant M1891/30 bolt action kaliber 7,62 mm yang dilengkapi dengan telescope dengan pembesaran 3,5X atau 4X. Vasily Zaitsev menggunakan senapan ini.
2. Tokarev SVT40 semi automatic action kaliber 7,62 mm yang dilengkapi dengan telescope dengan pembesaran 3,5X atau 4X. Nikolay Yakovlevich Ilyin (496 orang) dan Lyudmila Pavlichenko (309 orang) menggunakan senapan ini. Kisah kepahlawan Vasily Zaitsev kemudian banyak ditulis dalam berbagai novel antara lain ”Stalingrad” , ”War of The Rats” dan ”Enemy at The Gate” yang kemudian diangkat kelayar perak menjadi film.


Film Enemy at The Gate ; Kisah sebenarnya

Walaupun tokoh-tokoh dalam film ini banyak yang benar-benar ada, cerita sesungguhnya banyak dirubah dan dibumbui untuk mendramatisir film ini agar enak ditonton, contohnya antara lain :
- Nikolay Kulikov (pengamatnya Vasily) yang dalam film ditembak mati oleh “Major Koenig” waktu sedang melompat. Sesungguhnya dia selamat sampai dengan perang berakhir, bahkan bersama Vasily waktu “Major Koenig” ditembak oleh Vasily.
- Super sniper Jerman yang ditembak Vasily pada akhir film bukanlah “Major Koenig” , tapi Heinz Thorvald.
- Commisar Danilov perwira politik dan propanganda Rusia yang dalam film berjasa mengorbitkan nama Vasily, dia sengaja dilukai oleh ”super sniper” Jerman itu untuk memancing agar Vasily keluar dari persembunyiannya untuk menolongnya. Danilov pun tidak mati.
- Dalam keadaan sesungguhnya, Sniper Jerman tersebut ditembak mati ditempat sembunyinya yang terletak dibawahnya selembar pelat besi usang ; tidak ditempat terbuka seperti dalam film. Bahkan ia pun tak pernah berurusan dengan anak Rusia yang dalam film tersebut digantungnya (cerita ini dikarang hanya untuk melukiskan kekejaman tentara Nazi Jerman).

Erwin Koenig & Heinz Thorvald (Jerman)

[Image: koenig%5B1%5D.jpg]
Mayor Koenig "Super Sniper" dari Nazi Jerman

Dalam kesaksiannya setelah perang, Vasily Zaitsev menceritakan bahwa dari jenazah super sniper Jerman tersebut. Ia mendapatkan dokumen bahwa sniper Jerman yang ditembaknya bernama Heinz Thorvald, bukan Koenig. Bahkan Vasily tak pernah sama sekali menyebutnya berpangkat Mayor. Hal ini membuat kontroversi yang tiada habisnya bagi para ahli sejarah militer.

Memang diketahui bahwa ada seorang instruktur sniper SS dari sekolah sniper Gnossen yang terletak dekat Berlin, bernama Pengepungan kota Florence (1498).

Sejak ditemukannya senjata api, snipers sudah berperan besar dalam berbagai sejarah perang. Tetapi aksi sniper pertama yang dicatat sejarah dilakukan oleh seorang seniman terbesar sepanjang masa bernama Leonardo Da Vinci (1452 - 1519) ; ia menciptakan senapan yang sangat akurat untuk masa itu dan menggunakannya dalam perang Siege of Florence (1498) untuk menembaki para perwira pasukan Kerajaan Roma Suci yang mengepung kota Florence, Italia. Konon senapannya mampu menembak dengan tepat sampai jarak 200 meter, jarak yang sangat luar biasa untuk saat itu.

Perang Perancis – Austria (1796 – 1797)

Ketika pasukan Perancis yang sangat kuat dibawah pimpinan Jendral Napoleon Bonaparte menyerbu Austria, gerak maju terhambat oleh satuan sniper aneh Austria yang hanya bersenjatakan senapan angin. Banyaknya korban yang jatuh dan kesukaran tentara Perancis untuk mendeteksi keberadaan para sniper Austria membuat Napoleon marah besar dan mengeluarkan perintah resmi agar setiap prajurit Austria yang tertangkap tangan bersama senapan angin, langsung dihukum mati ditempat ; karena mereka dianggap sebagai pembunuh yang pengecut bukan prajurit. Hal ini disebabkan tidak terdengarnya letupan senapan ini dari jarak 150 meter. Senapan angin sniper ini dibuat oleh seorang ahli senjata Austria yang bernama Bartholomew Girandoni dan senapan ini memiliki magasin yang berisi 20 butir peluru timah berkaliber 13 milimeter.
Bahkan standar senjata masa kini, senapan angin sniper buatan abad ke 18 ini masih menakutkan.

Perang Kemerdekaan Amerika (1776 – 1783)

7 Oktober 1777 dalam perang kemerdekaan Amerika, Jendral Simon Fraser dari pasukan Kerajaan Inggris ditembak mati di Bemis Height, New York (Battle of Saratoga) dari jarak 500 yard oleh seorang sniper bernama Tim Murphy dari kesatuan Kentucky Riflemen.
Tim Murphy menggunakan senapan locok Kentucky Long Rifle kaliber 40 (10 mm). Sebagai akibat gugurnya Jendral Simon Fraser, gerak maju pasukan Kerajaan Inggris terhenti yang mengakibatkan kekalahan Inggris pada pertempuran di Saratoga.

Pertempuran Laut Trafalgar (1805)

Pada bulan Oktober 1805 armada gabungan AL Kerajaan Perancis dan Spanyol berangkat meninggalkan pelabuhan Cadiz, didekat semenanjung Trafalgar mereka disergap oleh armada AL Kerajaan Inggris yang dipimpin oleh Admiral Horatio Nelson.
Ditengah pertempuran ini Admiral Nelson yang sedang memimpin dari kapal bendera HMS Victory tiba-tiba jatuh ditembak oleh sniper Perancis yang bertengger ditiang layar kapal perang Redoubtable yang saat itu bertempur jarak dekat dengan HMS Victory.
Sniper Perancis itu menembak Admiral Nelson dengan hanya menggunakan senapan Locok dari jarak 75 meter saja.
Walaupun pertempuran Trafalgar dimenangkan oleh Inggris, Admiral Nelson tewas karena lukanya yang sangat parah.

Perang Saudara Amerika (1861 – 1865)

9 Mei 1864 pada perang saudara Amerika Mayor Jendral John Sedgwick dari pasukan Utara, ditembak mati oleh Sersan Grace dari kesatuan Infanteri ke IV Georgia dari jarak 800 yard di Spotsylvania dengan menggunakan senapan pertandingan Withworth buatan Inggris. Kematian Mayor Jendral J.Sedgwick mengakibatkan terlambatnya gerak maju pasukan Utara yang menyebabkan kemenangan pasukan Konfederasi Selatan pimpinan Jendral Robert E. Lee.

Perang Boer (1899 – 1902)

Dalam serangan subuh pada tanggal 25 Januari 1900, 1.700 orang Inggris yang didukung meriam dan senapan mesin merasa berhasil menduduki salah satu bukit di gunung Spion Kop, Afrika Selatan. Ketika sinar pagi menerangi medan, mereka baru sadar bahwa mereka telah menduduki bukit yang salah. Bukit yang benar letaknya lebih tinggi dan masih berjarak 300 meter dari posisi mereka, sayangnya bukit tersebut masih diduduki oleh pasukan Boer dari kesatuan Carolina Kommandos & Pretoria Kommandos yang mulai menembaki mereka (asal mula nama komando diambil dari pasukan Boer). Malam harinya pasukan Inggris terpaksa mundur dengan kehilangan 1.200 orang. Para sniper Kommandos hanya bersenjatakan senapan Mauser M1895 bolt action kaliber 7 mm yang hanya dapat menembak sekali per kokang, menghabisi tentara Inggris dari jarak 300 meter (tanpa menggunakan telescope).
Tahun 1903

Belajar dari kekalahan mereka di Spion Kop, Afrika Selatan, Mayor Hesketh Pritchard dari AD Kerajaan Inggris memulai kursus pelatihan sniper pertama didunia yang diberi nama : ”The First Army School of Sniping”, Observing and Scouting”. Sayangnya AD Kerajaan Inggris tidak memanfaatkannya dengan baik dan tidak memiliki doktrin, organisasi & senjata khusus untuk para snipernya sampai kelak mereka dibuat sadar oleh para sniper Jerman.

Tahun 1910

Istilah ”Sniper” untuk pertama kalinya dipakai sebagai istilah militer resmi bagi penembak runduk oleh AD Jerman. Pencipta satuan sniper dengan standard kwalifikasi, doktrin dan organisasi seperti yang kita kenal sekarang adalah tentara Kerajaan Jerman sebelum Perang Dunia ke 1.
Jerman pulalah yang untuk pertama kalinya menciptakan senapan khusus untuk sniper, bahkan mereka juga membuat peluru khusus untuk senapan tersebut.
Senapan khusus sniper ini dibuat berdasarkan senapan Mauser Gewehr 1898 (Gew.98) mm yang kaliber 7,92 mm yang khusus di ”tune up” agar sangat tepat tembakannya dan dipasangi telescope pembidik.

Perang Dunia I (1914 – 1918)

Tingginya korban tentara Inggris yang tewas dengan luka dikepala dan didada, membuat AD Kerajaan Inggris sadar akan kehadiran para sniper Jerman ; hal ini memaksa mereka mencari akal dan bertindak cepat untuk mengatasi masalah ini.
Lord Lovat, seorang bangsawan Skotlandia yang juga perwira AD kerajaan Inggris segera membentuk resimen Lovat Scout’s Sniper dan merekalah yang pertama kali mengunakan Ghillie Suit (pakaian yang digunakan sniper agar mereka tampak seperti semak-semak) dalam perang.
Ghillie Suit mula-mula digunakan oleh para jagawana Skotlandia yang bertugas menangkap para pencuri dan pemburu liar satwa langka yang dilindungi pemerintah di cagar alam Skotlandia. Para Scout Sniper ini sangat mahir dalam kamuflase dan sangat baik dalam mengintai gerak-gerik pasukan musuh, sayangnya kemahiran menembak mereka kurang dimanfaatkan oleh Inggris.

Rekor sniper tertinggi dalam Perang Dunia ke 1 dipegang oleh Francis Pegahmagabow dari AD Kanada yang berhasil menghabisi 378 orang prajurit musuh. Ia menggunakan senapan Ross Mk.3 kaliber .303 (7,7 mm) kemudian Rifle No.3 Mk. 1 kaliber 7,7 mm.

[Image: sn_Slika-8.jpg]
Francis Pegahmagabow

Billy Sing (Australia)

Sebelum Perang Dunia ke 1, William Edward (Billy) Sing adalah juara berburu kangaroo dari Clermont, Queensland, Australia dan pada bulan Mei 1914 ia salah satu prajurit Resimen Berkuda Ringan ke 5 Australia yang tiba di Gallipoli, Mesir, tempat pertempuran terbesar antara pasukan Sekutu dengan pasuka Turki dalam Perang Dunia ke 1. Billy dan Ion ”Jack” Idriess yang menjadi pengamatnya menempati bukit kecil yang bernama Pos Chatam, dipos inilah karir Billy sebagai top sniper dibangun.
Mereka berdua mempersiapkan segala keperluan mereka sebelum fajar dan tak pernah meninggalkan pos mereka sampai dengan matahari terbenam. Dengan demikian pada siang harinya tak ada satu gerakanpun yang terlihat pada pos ini dan sekitarnya. Disini Billy dan Jack dengan penuh kesabaran berdiam diri tak bergerak, sampai ada tentara Turki yang lengah.
Tiap hari korban di pihak Turkipun berjatuhan dan ini membuat mereka ketakutan karena asal tembakan sniper Australia tersebut, tak pernah diketahui. Rekor harian Billy yang tertinggi mencapai 9 orang dalam 1 hari.
Pasukan Turki tidak tinggal diam dan segera mengirim top snipernya yang diberi julukan ”Abdul The Terrible” (Abdul yang mengerikan) oleh tentara Australia. Abdul seorang sniper profesional AD Turki yang pernah mendapat bintang jasa langsung dari Sultan Turki karena prestasinya.
Bagai seorang ahli forensik profesional, dengan sangat teliti Abdul mempelajari luka pada setiap korban yang tewas, meneliti sudut datang peluru, mewawancarai para saksi dan merekonstruksikan kejadian saaat korban tewas. Dari hasil penelitiannya ia sampai pada kesimpulan bahwa tembakan sniper musuh itu berasal dari bukit Pos Chatam. Tepat seperti yang dilakukan oleh Billy, diam-diam Abdul pun segera membuat pos tersembunyi khusus untuk mengawasi bukit itu saja.
Hanya mengawasi bukit itu saja, tanpa menghiraukan sasaran-sasaran yang mengiurkan lalu lalang didepannya.

Suatu hari Pratu Tom Sheehan (pengamat Billy saat itu) sedang mengamati kubu pasukan Turki dengan telescope, tiba-tiba ”Dar !” ia ditembak dan peluru Abdul masuk tepat dari ujung telescopenya, keluar dari pangkalnya, terus menembus kedua tangan, kemudian masuk mulut Tom dan keluar dari pipi kirinya untuk kemudian menancap dibahu kanan Billy. Karena lukanya yang parah Tom Sheehan langsung dikirim kembali ke Australia, ia beruntung tidak sedang menaruh telescope pada matanya ; sedangkan Billy harus beristirahat selama 1 minggu. Billy sadar lawan yang hebat telah menemukan persembunyiannya.
Begitu sembuh dari lukanya segera kembali ke Pos Chatam ; berhari-hari ia dan pengamatnya hanya mengawasi wilayah pasukan Turki untuk mencari si Abdul. Suatu hari saat fajar mulai bersinar, pengamat berbisik ”ada sasaran” ; Billy yang segera mengambil telescope itu, alangkah terkejutnya ketika ia mendapatkan dirinya tepat memandang wajah dan ujung laras senapan Abdul. Billy pun segera mengambil senapannya dan membidik, dalam waktu bersamaan Abdul pun membidik senapannya, ”Dar !” Billy menembak lebih cepat dan pelurunya tepat bersarang diantara kedua mata Abdul. Kedua top sniper nasional ini berbuat kesalahan yang sama, yaitu ”tidak berpindah tempat setelah menembak”.

Abdul memang seorang sniper profesional yang telah mempersiapkan segalanya ; tidak lama setelah Abdul tewas, Turki segera menembakkan meriamnya ke Pos Chatam, sayangnya peluru pertama jatuh meledak tepat dimuka tempat sembunyi Billy. Billy dan pengamatnya sedang berlari secepat-cepatnya ketika peluru kedua meledakkan posnya.

Billy menggunakan senapan Short Magazine Lee Enfield (SMLE) No.1 Mark III buatan Inggris kaliber .303 (7,7 mm) dan Abdul menggunakan Mauser Gewehr 1898 kaliber 7,92 mm. Pada akhir perang, rekor resmi Billy Sing yang diakui AD Australia : 150 orang musuh (201 orang menurut catatan Billy). Sayangnya tidak ada sedikitpun catatan mengenai Abdul.
Alvin C. York (Amerika)

Dalam penyerbuan pasukan Sekutu dihutan Argonne-Meuse, Belgia tahun 1918 ; gerak maju Divisi ke 82 Amerika terhenti oleh banyaknya sarang senapan mesin Jerman.
Sadar bahwa pasukan induk mereka tidak akan dapat maju dengan serbuan frontal, peleton Kopral Alvin C. York memutuskan untuk bergerak melambung dan menghabisi kubu pertahanan Jerman dari belakang. Gerakan peleton ini diketahui oleh Jerman yang menembaki mereka hingga seluruh anggota peleton terluka atau gugur (kecuali Alvin C. York sendiri).
Sendirian ia terus bertempur melawan pasukan Jerman dan pada akhir pertempuran ia berhasil membunuh 25 orang lawan, membungkam 35 kubu senapan mesin dan menawan 132 orang tentara Jerman. Alvin C. York menggunakan senapan Springfield 1903 kaliber 30.06 (7,62 mm) dan pistol Government Model 1911 kaliber .45

[Image: york1.jpg]
Alvin C. York

Tahun 1930

Taktik team sniper 2 orang pertama kali diadopsi oleh AB Uni Soviet (Rusia). Dikemudian hari taktik ini terbukti lebih efektif dari taktik sniper 1 orang, yang saat itu dipakai oleh kebanyakan negara-negara maju lainnya. Dalam organisasi tentara Rusia, satuan sniper sudah merupakan bagian terpadu dari taktik infanteri mereka dan satuan sniper ini diberi kebebasan yang cukup dalam melaksanakan insiatifnya sendiri. Pada Perang Dunia ke 2 setiap hari satuan-satuan setingkat peleton dan kompi Rusia mengoperasikan snipers dalam jumlah yang besar.

Perang Dunia II (1939 – 1945)

Perang Dunia II adalah perang besar yang paling banyak menghasilkan rekor-rekor sniper yang spektakuler yang tak akan bisa terpecahkan lagi pada masa kini. Dari 54 orang top snipers Perang Dunia II yang tercatat dalam sejarah, 49 orang dari mereka menembak lebih dari 100 orang tentara musuh dan 6 orang diantaranya adalah wanita.

Masih banyak top sniper dari berbagai negara yang tidak pernah dicatat dalam sejarah Perang Dunia II, karena umumnya kegiatan para snipers termasuk dalam kategori rahasia militer (kecuali bila untuk kepentingan propaganda), ditambah lagi oleh banyaknya dokumen-dokumen yang hilang, musnah karena perang dan rusak dimakan usia.
Selama puluhan tahun para pecinta sejarah militer dan para pengemar senjata bersusah payah mengumpulkan dan menverifikasi ulang berbagai dokumen, data-data dan cerita mengenai para top snipers. Jerih payah mereka menghasilkan daftar top sniper pada halaman...dibawah ini.

Walaupun Finlandia memegang rekor tertinggi sniper dunia, daftar top snipers Perang Dunia II didominasi oleh para sniper Rusia. Ini merupakan bukti bahwa pelatihan, organisasi, taktik dan strategi untuk para sniper Rusia lebih maju dari negara-negara lain saat itu. Sniper dan aksi yang terkenal (bukan hanya yang tertinggi rekornya) dalam perang ini antara lain sebagai berikut :

Simo Hayha (Finlandia)

Rekor sniper tertinggi dalam Perang Dunia II dipegang oleh Simo Hayha dari AD Finlandia yang berhasil menghabisi 542 orang tentara Rusia. Yang paling mengagumkan, Simo Hayha bertempur hanya dengan menggunakan senapan bolt action Mosin-Nagant M39 kaliber 7,92 mm buatan Rusia tanpa telescope dan bahkan kadang-kadang ia harus menembak musuhnya dari jarak lebih dari 600 yard. Simo memang seorang juara menembak yang memiliki banyak sekali koleksi medali dan piala yang dimenangkannya dari berbagai pertandingan. Simo Hayha meninggal dunia tanggal 1 April 20002 yang lalu pada usia 96 tahun.


Sulo kolkka (Finlandia)

“Secara sniper” (tembakan jarak jauh dengan senapan Mosin-Nagant M39) Sulo Kolkka berhasil menembak lebih dari 400 orang tentara Rusia ; tetapi diluar jumlah tersebut ia juga menghabisi 200 orang musuh lagi dengan menggunakan submachine gun (istilah TNI : pistol mitralyur) Suomi M/1931 kaliber 9 mm Parabellum buatan Finlandia yang terkenal akurat. Ke 600 orang tentara Rusia itu semua dihabisinya dalam 105 hari saja.
Saat bertugas sebagai sniper, Sulo Kolkka mempunyai “hobby” untuk beroperasi sendirian jauh dibelakang garis pertahanan pasukan musuh ; hal ini amat membuat takut dan frustasi pasukan Rusia yang semula mengira mereka aman digaris belakang.
Akibat dari “kenakalannya” ini, Sulo sering sekali diburu oleh tentara dan sniper Rusia ; tetapi diakhir setiap perburuan ini dialah yang selalu menghabisi para pemburunya.
Dalam suatu operasi pengejarannya, Sulo berduel dengan seorang sniper Rusia selama beberapa hari dan berhasil menghabisinya dengan tembakan tunggal dari jarak 550 meter tanpa telescope dengan hanya menggunakan senapan bolt action Mosin-Nagant M/39 tanpa telescope.
Finlandia memang dikenal sebagai gudangnya para penembak jitu yang ahli dalam kamuflase dan menembak sambil meluncur dengan ski. Sepanjang perang Finlandia – Rusia yang terkenal sebagai Winter War, pihak Rusia kehilangan 1.000.000 orang tentaranya dari 1.500.000 orang tentara yang menyerbu Finlandia ; sedangkan pihak Finlandia kehilangan 25.000 orang (1:40).
Dalam suatu pertempuran musim dingin, 32 orang prajurit Finlandia ditugasi menahan serbuan 4.000 orang tentara Rusia (1:25) ; dengan menggunakan taktik tembak lari diakhir pertempuran tersebut seluruh 4.000 orang tentara Rusia tersebut tewas dan hanya 4 orang tentara Finlandia yang masih tersisa hidup. Mereka berhasil mempertahankan garis pertahanan mereka.

Untuk memperingati kepahlawanan para prajurit Finlandia dalam Winter War, setiap tahun Finlandia menyelenggarakan pertandingan menembak biathlon yang ini termasuk dalam salah satu cabang olah raga yang dipertandingankan dalam Winter Olympic dunia. Disini para penembaknya harus menembak 5 buah sasaran yang terpisah dengan senapan kaliber .22 dan menggunakan ski untuk lari meluncur keposisi tembak berikutnya.
Sniper tak dikenal Belanda

Pada tanggal 14 Mei 1940 Jendral Kurt Student, panglima pasukan para AU Jerman yang sedang mengadakan inspeksi kegaris depan terluka parah oleh tembakan tunggal seorang sniper marinir Belanda yang mempertahankan kota Rotterdam dari jarak 800 yard. Sniper Belanda ini menggunakan senapan Mannlicher kaliber 6,6 mm Model 1895. sebagai akibat dari tertembaknya Jendral Kurt Student, Hitler memerintahkan bomber-bomber AU Jerman untuk meratakan kota Rotterdam dengan “carpet bombing”.

Vasily Zaitsev (Rusia)

Duel sniper lawan sniper yang paling terkenal didunia adalah duel antara Sersan Kepala Vasily Gregorievich Zaitsev (400 orang korban) dengan Mayor Koenig dari Jerman. Pada bulan Oktober 1942, pasukan Jerman telah berhasil menguasai 90% kota Stalingrad yang sudah menjadi puing akibat tembakan artileri kedua belah pihak. Tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah, suatu pertempuran yang begitu didominasi oleh para snipers.
Disini para serdadu kedua belah pihak saling tembak, menggali terowongan, lari dan sembunyi diantara puing-puing bangunan yang kini menjadi surganya bagi para snipers.
Oleh para serdadu Jerman perang semacam ini dinamakan “Rattenkrieg” atau “War of Rats” (Perang Tikus).
Vasily yang sebelumnya seorang gembala sederhana dari pegunungan Ural menjadi top sniper Rusia di Stalingrad.
Dalam 10 hari pertama ia berhasil menembak mati 40 tentara Jerman dan pada waktu rekornya mulai mendekati 100 orang, ia digunakan oleh team propaganda Rusia yang memerlukan kisah heroik guna membangkitkan kembali semangat juang rakyatnya dan menjatuhkan moril tentara Jerman.
Menanggapi propaganda Rusia ini, Jerman menerbangkan khusus “Super Sniper”nya dari Berlin ke Stalingrad untuk menghabisi Vasily. Dari keterangan seorang tawanan Jerman, diketahui bahwa super sniper ini bernama Mayor Koenig, komandan sekolah sniper Zossen. Jerman memang sengaja membuat propaganda tandingan, bahwa Vasily sebentar lagi akan dihabisi oleh super sniper mereka (perang propaganda). Dengan berita kedatangan super sniper Jerman ini, Vasily dan Nikolay Kulikov (pengamatnya) diberi tugas khusus untuk mencari Mayor Koenig.

Untuk menemukan dan membedakan Mayor Koenig dari snipers Jerman lain yang beroperasi di kota Stalingrad, Vasily harus mengetahui kebiasaan, gaya menembak dan cara kamuflase sniper Jerman ini. Berhari-hari sudah observasi mereka untuk menemukan dimana Mayor Koenig beroperasi tidak membuahkan hasil ; kemungkinan besar ia sering berpindah tempat guna mencari Vasily.
Titik terang tiba ketika mereka mendapat berita duka atas gugurnya Morosov dan terlukanya Sheykin ; kedua sniper berpengalaman ini sebelumnya sudah sering memenangkan duel dengan para sniper Jerman. Kini sudah dapat dipastikan kalau mereka ditembak oleh seorang super sniper.

Vasily, Nikolay dan Commisar Danilov (seorang perwira politik dan propaganda) yang hendak menyaksikan langsung duel bersejarah top sniper kedua negara ini, segera bergegas menuju ke posisi dimana kemarin kedua sniper Rusia tertembak.
Setelah 3 hari terus menerus mengawasi lokasi tersebut, tiba-tiba Commisar Danilov berkata : Nah, itu dia ! akan kutunjukkan tempatnya padamu ! Tak sampai 1 detik Danilov yang dengan ceroboh mengangkat sedikit tubuhnya dari parit persembunyiannya Dar ! ia langsung roboh dan terluka.
Sniper Jerman itu sengaja menembak tanpa membunuhnya, suatu tembakan yang hanya dapat dilakukan oleh sniper yang sangat berpengalaman (jarak 450 meter). Si Jerman sengaja memancing mereka dengan menggunakan helm Jerman yang digerakkan dari jauh dan Danilov pun tertipu.

Tetapi dengan tembakan tadi, Vasily mendapat gambaran bahwa arah tembakan itu kira-kira dari muka posisi mereka.
Disebelah kanan terdapat sebuah tank rusak, disebelah kiri ada bunker kecil sedangkan diantaranya terbentang tanah lapang dimana terdapat setumpukan puing dan selembar pelat besi karatan yang sudah lama tergeletak disana. Tapi dimanakah ia bersembunyi ? kemudian Vasily berusaha keras membayangkan dirinya menjadi sniper Jerman itu. Ia sampai pada kesimpulan bahwa yang diperlukannya adalah menggali sebuah Kolonel Heinz Thorvald. Heinz Thorvald diketahui telah berhasil menembak 300 orang tentara Rusia.
Tetapi waktu novel ”war of Rats” karangan David L. Robbins diluncurkan (1999), ada seorang yang mengaku keluarga dari Koenig menelpon David dan mengakui bahwa Erwin Koenig yang telah berhasil menembak 400 orang tentara Rusia memang gugur ditembak oleh Vasily Zaitsev di Stalingrad. Sampai dimana kebenaran hal itu ?
Wallahualam ; karena dalam pertempuran Stalingrad ratusan snipers dari kedua pihak terlibat disana.

Para sniper Jerman menggunakan senapan bolt action Mauser Kar. 98 kaliber 7,92 mm bertelescope dengan pembesaran 1,5X , 4X atau 6X atau senapan semi automatic Walther Gewehr 43 kaliber 7,92 mm bertelescope dengan pembesaran 4x.

[Image: 454px-Vasily.Zaitsev.jpg]
Vasily Zaitsev

Lyudmila Pavlichenko (Rusia)

Pada bulan Juni 1941 saat Jerman menyerbu Rusia, Lyudmila Pavlichenko (24 tahun) adalah mahasiswi jurusan sejarah Universitas Kiev. Sambil kuliah, gadis cantik ini bekerja paruh waktu di pabrik senjata dikota tersebut ; selain itu ia juga anggota klub menembak Kiev yang membinanya menjadi seorang atlit menembak sejak umur 14 tahun.
Waktu ia mendaftarkan dirinya untuk menjadi prajurit, perwira rekrutmen yang menerimanya serta merta menertawakannya dan menolaknya ; kemudian ia menganjurkannya agar Lyudmila menjadi perawat saja.
Lyudmila yang keras hati itu segera memperlihatkan sertifikat menembaknya dan diterima di Divisi Infanteri ke 25. ia kemudian menjadi salah satu dari 2.000 orang sniper wanita Rusia, yang diakhir perang hanya tersisa 500 orang.
Lyudmila bertempur selama 2 ½ bulan di front Odessa dan difront ini ia berhasil menghabisi 187 orang musuh.
Dari sini divisinya dipindah kefront Sevastopol, Semenanjung Krimea. Dibulan Mei 1942 rekor Letnan Lyudmila Pavlichenko bertambah menjadi 257 orang dan pada bulan Juni 1942 ia terluka oleh ledakan mortir. Karena ia sudah menjadi pahlawan nasional, kurang dari satu bulan setelah ia keluar dari rumah sakit Lyudmila ditarik dari medan tempur.

Saat itu secara resmi rekornya telah mencapai 309 orang, termasuk didalamnya 6 orang sniper Jerman. Yang menarik, dari salah satu sniper Jerman ini Lyudmila menemukan log book yang menunjukkan bahwa ia sudah menembak 500 orang tentara Rusia. Hal ini tidak pernah tercatat dalam dokumen tentara Jerman dan sayangnya log book tersebut hilang sehingga nama sniper tersebut tak pernah diketahui.
Seperti halnya Vasily Zaitsev, sebagai pahlawan wanita Lyudmila dimanfaatkan habis-habisan oleh team propaganda Rusia yang mengirimnya ke Kanada dan Amerika Serikat. Lyudmila adalah warga negara Rusia pertama yang diterima oleh Presiden Amerika Serikat.
Ibu Negara Ny. Eleanor Roosevelt mengundangnya untuk tour keliling Amerika guna menceritakan kisah kepahlawanannya. Di Kanada ia mendapat hadiah senapan Winchester bertelescope yang kini menghiasi Museum Pusat Angkatan Bersenjata Rusia di Moskow dan oleh Amerika ia dihadiahi pistol Colt Government 1911 kaliber .45.
Tahun 1943 ia menerima Bintang Emas Pahlawan Uni Soviet dan tidak pernah kembali lagi kefront; tetapi diangkat menjadi instruktur sniper dimana ia telah berhasil melatih ratusan orang sniper. Waktu perang berakhir ia berpangkat Mayor dan kembali ke Universitas Kiev untuk menyelesaikan kuliahnya, kemudian ia menjadi Asisten Riset di Markas Besar AL Uni Soviet sampai tahun 1953.
Lyudmila Pavlichenko meninggal dunia pada tanggal 10 Oktober 1974 pada usia 58 tahun dan dimakamkan Taman Makam Pahlawan Novodevichiye, Moskow.

[Image: 1547085449_e6c79e8357.jpg?v=0]
Lyudmila Pavlichenko

Sniper Jepang

Kita sudah sering membaca dalam sejarah Perang Pasifik, maupun melihat di film-film perang seperti Wind Talker dan Thin Red Line bahwa disetiap medan, gerak maju ribuan pasukan Amerika yang bersenjata lengkap selalu dihambat oleh beberapa orang sniper Jepang saja. Walaupun tidak ada catatan resmi mengenai sniper-sniper Jepang, pasukan Amerika mencatat mereka sebagai sniper yang mahir dalam kamuflase, tangguh, cerdik dan fanatik.
Mereka memakai helm yang khusus diberi kawat-kawat untuk memasang daun-daunan, mereka juga menggunakan cadar kelambu hijau untuk menutupi bahu dan kepala agar wajah mereka yang berkulit terang tidak terlihat (kelambu hijau ini kini menjadi salah satu perlengkapan kamuflase standard sniper berbagai negara).
Salah satu taktik favorit sniper Jepang adalah bersembunyi diatas pohon, untuk itu mereka memakai sepatu ”Ninja” yang mempunyai tempat jempol terpisah, agar memudahkan mereka memanjat pohon (sepatu ini dapat dilihat di Museum Satrya Mandala).
Untuk mengatasi gangguan para sniper Jepang ini, pasukan Amerika selalu memberondong setiap pohon yang dicurigai sebagai tempat sembunyi sniper dengan senapan mesin bahkan dengan meriam anti tank 37 mm yang berpeluru sembur.
Para sniper Jepang menggunakan senapan sniper Arisaka Meiji Type 97 kaliber 6,5 mm kemudian diganti dengan Type 99 kaliber 7,7 mm. Senapan ini memiliki monopod (kaki tunggal) yang dapat dilipat dan telescope dengan pembesaran 4X (banyak sniper Jepang yang tidak mendapat telescope bagi senapan mereka).

[Image: Okhlopkov1jpg.jpg]
Sniper Jepang

Perkembangan Senapan Sniper dalam Perang Dunia II

Dalam Perang Dunia II perlombaan teknologi senjata berlangsung sangat cepat, dimulai dengan diketemukannya radar, artileri roket, pesawat jet, bazooka, senapan serbu, peluru kendali dan lain-lain yang diakhiri dengan bom atom.

Senapan sniper juga berkembang dengan pesat, dimulai dengan Rusia yang mengeluarkan senapan sniper resmi automatic pertama didunia Tokarev SVT38 (kemudian digantikan SVT40). Jerman segera mengikutinya dengan menjiplak Tokarev SVT40 menjadi semi automatic Gewehr 41 (Walther) yang kemudian digantikan Gewehr 43 (G43) buatan Walther.
Dan AD Amerika pun tidak mau ketinggalan dalam perlombaan senapan sniper ini dengan mengeluarkan senapan Garrand M1C dan M1D, sedangkan US Marine Corps yang lebih konservatif tetap menggunakan senapan sniper bolt action Springfield M1930.
Sementara itu Inggris juga bersikap konservatif dan menganggap senapan semi automatic kurang akurat dan handal untuk dijadikan senapan sniper. Sampai akhir perang, AB Kerajaan Inggris tetap setia menggunakan senapan sniper bolt action L42A1 yang dibuat berdasarkan senapan Lee Enfield Mk.IV

Senapan semi automatic memungkinkan sniper menembak lebih dari 1 sasaran dengan cepat ; bahkan bila tembakan pertama meleset, ia masih punya kesempatan berikutnya untuk menembak musuh dengan cepat. Tetapi karena teknologinya yang belum matang, senapan sniper semi automatic (saat itu) masih punya banyak kekurangan antara lain lebih berat, mahal, rumit, kurang handal/sering macet dan kurang akurat untuk jarak diatas 500 meter.
Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia II, Jerman juga bereksperimen membuat senapan serbu (assault gun) pertama Strumgewehr 44 (Haenel) yang diberi telescope untuk sniper jarak pendek (dibawah 300 meter). Selain senapan, teropong/alat bidik (telescope) pun berkembang kekuatan pembesarannya, dimulai dari 1,5X kemudian 3,5X , 4X dan terakhir 6X.
Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia II, Jerman menciptakan teropong malam infra merah pertama didunia. Telescope infra merah itu masih harus dibantu dengan lampu sorot infra merah yang dipasang pada senapan serbu Strumgewehr 44 (Stg 44) buatan Haenel. Oleh Jerman sistem ini diberi nama ”Vampir” ; walaupun jarak pandangnya masih belum jauh (+150 meter), sistem ”Vampir” ini memungkin sniper mereka untuk menembak musuh dengan tepat dikegelapan malam.

Perang Korea

Pada perang Korea tidak ada kemajuan yang berarti dalam taktik sniper dan teknologi senapan sniper, karena kedua belah pihak masih menggunakan taktik dan senapan sniper sisa dari Perang Dunia II ; kecuali Amerika yang mengeluarkan senapan M1 Carbine berteropong malam infra merah. Teropong malam infra merah ini hasil jiplakan dari sistem ”Vampir” nya Jerman ; seperti halnya Vampir, jarak pandangnya belum jauh. Oleh karena itu Amerika memasangnya pada senapan M1 Carbine yang ringan dan berjarak tembak pendek (200 meter).

Perang Vietnam

Tahun 1966 pasukan Marinir Amerika (US Marine) mulai merasakan gangguan sniper Vietcong, untuk mengatasi masalah ini mereka segera membuka sekolah khusus sniper dan mengganti senapan sniper M1C Garrand dan Springfield mereka dengan senapan buru bolt action Winchester 70 kaliber 30.60” yang dimodifikasi bertelescope Redfiled 6X ; senapan ini terkenal sebagai senapan berburu yang akurat.
Sedangkan US Army minta pabrik senapan Springfiled untuk membuat senapan sniper berdasarkan senapan serbu standar Amerika saat itu, yaitu M14. Kemudian nama resmi senapan sniper semi automatic ini adalah M21. Dipihak lawan, satuan snipers pasukan Vietcong dan Vietnam Utara menggunakan senapan sniper Mosin-Nagant M1891/30 bolt action kaliber 7,62 X 54R mm buatan Rusia yang sudah terbukti kehandalannya.
Perang Vietnam menghasilkan rekor-rekor snipers kedua belah pihak, sayangnya tidak ada rekor sniper yang diketahui dari pihak Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Rekor dari pihak Amerika antara lain sebagai berikut :
- Adelbert Waldron III, US Army : 109 korban
- Charles B. Mawhinney, US Marine : 103 korban
- Eric R. England, US Marine : 98 korban
- Carlos N. Hathcock II, US Marine : 93 korban

Carlos N. Hathcock juga memecahkan rekor tembakan tunggal terjauh (2.000 meter) pada perang Vietnam dengan menggunakan senapan mesin berat Browning M2 kaliber .50 (12,7 mm) yang telah dimodifikasinya menjadi senapan sniper berat jarak jauh bertelescope Unertl 8X. Disini pula untuk pertama kalinya senjata berkaliber .50 (12,7 mm) dipakai untuk senjata sniper.

[Image: waldon2.jpg]
Adelbert Waldron III, US Army

[Image: hathcock.jpg]
Carlos N. Hathcock II, US Marine

Konflik Timur Tengah

Perang Arab – Israel I (1967) & II (1973) dan konflik-konflik bersenjata di Timur Tengah lain yang diikuti dengan meningkatnya kegiatan terorisme diberbagai belahan dunia, fungsi dan tugas sniper berkembang pesat baik pada organisasi militer maupun polisi.
Pada militer organisasi satuan sniper berkembang menjadi beberapa macam antara lain team sniper, team scout sniper (sniper intai) dan marksmen (penembak jitu). Setiap kesatuan infanteri reguler memiliki team sniper maupun team penembak jitunya sendiri, demikian pula pasukan khusus (dari pasukan anti terornya). Bahkan satuan penjinak ranjau/bom (dibawahnya pasukan Zeni tempur) banyak yang memiliki team penembak jitu (marksmen) nya sendiri.
Perkembangan senapan sniperpun berkembang pesat, sebagai contoh dalam perang Arab – Israel kedua belah pihak mulai menggunakan senapan sniper semi automatic. Pihak Arab kebanyakan memakai senapan sniper SVD Dragunov buatan Rusia, sedangkan Israel menggunakan M21 Springfield buatan Amerika dan Galil (Galatz) buatan Israel sendiri.
Sementara itu AB Amerika sendiri mengkaji ulang pengalaman sniper mereka di Vietnam dan berbagai konflik lainnya.
US Marine menyempurnakan senapan sniper mereka menjadi M40 yang dibuat berdasarkan senapan bolt action Remington 700. Tertarik akan kehandalan dan keakuratan senapan M40 nya Marinir, US Army pun segera membuat senapan sniper bolt action berdasarkan senapan Remington 700 dan senapan ini diberi nama M24 (senapan sniper M21 masih dipakai oleh para marksmen AD dan Marinir). Meningkatnya kegiatan terorisme dan penyanderaan dimana-mana, menyebabkan Polisi berbagai negara berlomba-lomba membentuk satuan sniper dan marksmennya sendiri.
Umumnya team sniper dan marksmen merupakan bagian dari pasukan anti teror atau pasukan SWAT.
Rancangan senapan sniper untuk keperluan polisi dan anti teror pada umumnya lain dengan rancangan senapan sniper untuk keperluan militer ; karena menurut perhitungan statistik polisi umumnya membutuhkan senapan sniper yang lebih akurat daripada senapan sniper militer (contoh: untuk menembak teroris yang berlindung diantara sandera), tapi dengan jarak tembak tidak lebih dari 400 meter.
Berbagia macam senapan sniper berpresisi tinggi untuk Polisi dibuat dan ditawarkan oleh berbagai negara antara lain Heckler & Koch PSG-1, Remington 700, SIG 3000, Parker Hale M82, Walther WA2000, Accuracy International dan lain-lain.

Perang Malvinas (Falkland)

Pada perang antara Imggris dan Argentina yang memperebutkan kepulauan Malvinas (Falkland), untuk pertama kalinya sniper dari kedua belah pihak bertempur dimalam hari dengan menggunakan telescope malam pasif Starlight yang dipasang diatas senapan serbu FN FAL kaliber 7,62 X 51 mm NATO. Pada pertempuran di Goose Green dan Port Stanley, batalyon ke 2 Resimen para Inggris tertahan gerak majunya oleh sniper Argentina yang meggunakan senapan bertelescope malam. Dalam pertempuran ini snipers Argentina lebih unggul karena telescope malam mereka lebih canggih (Generasi ke 2) daripada telescope malam sniper Inggris (Generasi ke 1), sehingga korban dipihak Inggris terus bertambah.
Untuk mengatasi hal ini, pasukan Inggris segera menggunakan peluru kendali anti tank ”Milan” untuk menghancurkan tempat persembunyian para sniper Argentina. Peluru kendali ”Milan” ini memiliki telescope malam yang lebih besar dan kuat daripada telescope senapan sniper. Disamping itu jarak tembaknya jauh diatas (4.000 meter) jarak tembak efektif senapan sniper yang hanya 600 meter.

Perang Teluk I (Kuwait)

Senapan kaliber besar kaliber .50 (12,7 mm) yang dirancang khusus untuk senapan sniper. Senapan ini pertama kali digunakan pada perang Teluk I. Senapan sniper semi automatic ini bernama Barret M82A1 yang memiliki jarak tembak efektif sampai 1.800 meter.
Mula-mula senapan ini digunakan oleh team penjinak bahan peledak US Army meledakan bom & ranjau yang tidak bisa dijinakkan dari jarak jauh/aman. Kemudian senapan ini dipakai juga oleh pasukan khusus Amerika dan Inggris (SAS) sebagai senapan sniper anti-material untuk menembaki panser, meriam, pesawat terbang, radar dan peluncur peluru kendali ”Scud” Irak. Untuk keperluan ini, digunakan peluru khusus yang dapat meledak dan membakar sasaran (peluru Raufoss).

Perang Afghanistan II

Dalam medan perang yang gundul dan berbukit-bukit curam, senapan sniper yang berjarak jauh sangat diperlukan untuk itu pihak koalisi memakai berbagai macam senapan sniper, termasuk senapan kaliber besar (12,7 mm).
Dalam operasi Anaconda rekor jarak tembak terjauh sniper yang dibuat Carlos Hathcock dalam perang Vietnam dipecahkan oleh sniper Kanada yang menembak seorang pengamat mortir Taliban dari jarak 2.500 meter. Sniper Kanada ini menggunakan senapan bolt action Mac Millan kaliber .50”.

Konflik Chechnya I (1994-1996)

Pasukan Rusia yang morat-marit dan sudah jatuh morilnya karena runtuhnya negara Uni Sovyet, dikalahkan secara memalukan oleh pejuang-pejuang kemerdekaan Chechnya pimpinan Presiden Dzokar Dudayev yang bercita-cita mendirikan negara yang berdaulat sendiri. Pasukan Rusia yang bersenjata lengkap dan didukung pesawat pembom, helikopter, artileri, panser dan tank terjebak dikota Grozny.
Ratusan tank dan panser Rusia berhasil dihancurkan para pejuang Chechnya di Grozny yang menjadi perang kota terbesar setelah Stalingrad.
Kedua belah pihak menggunakan taktik, strategi dan persenjataan yang sama. Para snipers kedua belah pihak menggunakan senapan sniper SVD Dragunov dan senapan sniper berperedam suara VSS Vintorez. Guna membalas kekalahan ini Rusia memerlukan beberapa tahun untuk mengorganisir, melatih tentaranya dan menciptakan taktik dan strategi baru.

Konflik Chechnya II (2000)

Pada konflik Chechnya II, pasukan Rusia berhasil merebut kota Grozny dari tangan pejuang Chechnya dengan taktik baru dan koordinasi terpadu berbagai macam pasukan elite.

Beberapa jam sebelum pasukan lapis baja bergerak masuk kekota Grozny, tembakan artlieri terus menerus menghujani kota Grozny. Kemudian, sejumlah besar satuan snipers pasukan khusus Rusia (Spetsnaz) diturunkan dengan helikopter dipuncak gedung-gedung tinggi strategis dikota Grozny dengan dilindungi oleh helikopter-helikopter tempur Mi-24.
Setelah puncak gedung-gedung strategis dikuasai para snipers, pasukan lapis baja yang dilindungi oleh infanteri mendobrak masuk kota Grozny. Pasukan Rusia yang bergerak maju, dilindungi oleh tembakan para snipers dari atas gedung-gedung tinggi. Selain memberikan tembakan perlindungan, para sniper Spetsnaz ini juga bertugas sebagai pengamat yang terus menerus memberikan informasi situasi medan pada pasukan yang bergerak dibawahnya dan mengarahkan tembakan artileri pada setiap kubu pertahanan musuh yang kuat.
Sementara itu, pasukan lapis baja dan infanteri menghindar dari jalan-jalan yang telah dibarikade dan dipasangi ranjau dengan cara menjebol dinding-dinding gedung sekitar pertahanan pejuang-pejuang Chechnya. Dengan taktik ini, pertahanan para pejuang Chechnya dengan mudah dihabisi oleh team sniper Spetsnaz.
Boleh dikatakan pertempuran merebut kota Grozny ini dimenangkan oleh pasukan snipers. Taktik Rusia di Grozny ini kemudian ditiru oleh Israel untuk membersihkan kota Jenin dari gerilyawan Palestina. Kekalahan ini memaksa para pejuang Chechnya untuk bersembunyi digunung-gunung atau lari kenegara tetangganya. Kini para pejuang Chechnya hanya bisa melawan dengan cara membuat berbagai macam teror diberbagai kota di Rusia, seperti yang baru-baru ini terjadi di Moskow dan Osetia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar